Sejarah menuliskan perhatian pada kesehatan usia senja bermula di Inggris pada tahun 1601, yang dikelola oleh gereja dan ditangani oleh seorang pastor. Kemudian dibuat suatu undang-undang tentang Pengelolaan Kesehatan Usia Senja pada tahun 1800 an. Di masa itu hanya merupakan bentuk kepedulian pada orang lumpuh, buta, dan miskin, padahal seharusnya kesehatan usia senja mencakup aspek sosial, kehidupan kesehatan, berbagai penyakit usia senja (seperti pikun, stroke, kerapuhan tulang atau osteoporosis), dan gejala lainnya. Begitu juga dokter spesialis untuk pengobatan geriatrik, juga berawal di Inggris pada tahun 1948.
Empat puluh tahun kemudian, pada tahun 1984, dokter konsultan kesehatan usia senja telah menyamai dokter spesialis penyakit anak yaitu sebanyak 500 dokter. Dewasa ini kita sudah waktunya meningkatkan perhatian pada kesehatan usia senja, melihat usia ha- rapan hidup orang Indonesia yang semakin meningkat. Jumlah usia senja diperkirakan pada tahun 2000 di seluruh dunia sudah mencapai 400 juta orang, sedangkan pada tahun 2005 bisa mencapai 1,5 miliar orang, di mana 1 miliar berada di Negara negara berkembang seperti Indonesia. Jumlah usia senja di Indonesia pada tahun 1990 tercatat lebih 9,2 juta orang atau 6,3 persen dari jumlah penduduk. Pada tahun 1995 meningkat menjadi 16,3 juta orang atau 6,9 persen dari jumlah penduduk. Pada tahun 2020 nanti, diperkirakan menjadi 29 juta orang atau 7,2 persen.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) jumlah usia senja sekitar 7 persen dari jumlah penduduk global. Seorang pemerhati usia senja memprediksikan, pada tahun 2005-2010 jumlah usia senja diperkirakan telah manyamai anak balita, sekitar 19 juta orang atau 8,5 persen dari jumlah penduduk global. Menurut proyeksi Biro Pusat Statistik, persentase pada balita akan terus berkurang pada tahun 2010 karena hasil kampanye Keluarga Berencana. Sementara jumlah usia senja akan terus bertambah atau meningkat sampai melebihi jumlah balita, itu karena berkat peningkatan kualitas dan usia harapan hidup. Sebagian besar jumlah usia senja tinggal di perkotaan. Namun tidak sedikit juga yang tinggal di pedesaan, karena kesempatan kerja dan pelayanan kesehatan pun masih kurang memadai, serta hanya mempunyai kesempatan mengeyam pendidikan setingkat sekolah dasar.
Di pedesaan, kaum usia lanjut masih dapat bekerja di lahan pertanian sekadar membantu keluarga memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya, jika tinggal di perkotaan dan tidak dirawat oleh sanak saudara, mereka menghadapi masalah berat dalam pergaulan sosial. Di sini dibutuhkan kepedulian pemerintah terhadap usia senja. Secara garis besar disimpulkan bahwa pada masa usia senja terjadi penyempitan progresif dari cadangan di seluruh organ tubuh, akan tetapi, meskipun disertai kerapuhan, namun masa usia senja tidak perlu ditakuti.
Refrensi : Bangun, Abednego (2014). “Sehat dan Bugar Hingga Lansia”. Indonesia Publishing House.
Tips Sehat Ketika Memasuki Usia Lanjut:
1. Selalu mengkonsumsi makanan organik dan sehat
2. Menerapkan 4 sehat 5 sempurna