Semakin bertambah dan memasuki pintu gerbang pada usia lanjut, dan semakin tua pula orang tersebut. Begitulah kira-kira anggapan kebanyakan orang. Kata tua sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi siapa pun, khususnya kaum perempuan. Mereka sangat kawatir jika umur mereka perlahan mendekati kepala tiga. Apalagi kepala empat. Bahkan, para selebriti pun merasakan hal yang sama, kecantikan yang menurun akan memengaruhi karier mereka nantinya. Kecepatan proses penuaan pada setiap individu memang berbeda-beda, tergantung sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan proses penuaan. Karenanya tidaklah heran bila ada orang tua yang tetap energik, semangat, optimis, dan tidak merasa tua, bahkan selalu berusaha mempertahankan diri untuk dapat tampil muda. Umumnya indikasi seseorang dianggap memasuki kelompok lanjut usia di Indonesia terjadi pada usia 55 tahun.
Di Amerika Serikat, lansia diklasifikasikan sebagai orang yang berumur 77 tahun, pralansia antara umur 69-76 tahun, dan dewasa madya pada umur di bawah 68 tahun (Watkin, 1982). Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau W.H.O. menilai usia 60 tahun adalah awal usia peralihan menuju ke arah segmen penduduk tua. Bahkan, di Jepang para pekerja perempuan umumnya berusia di atas 60 tahun. Sebagian besar orang Jepang juga meraih kesuksesan pada usia 60 tahun. Karena itu, tidak heran jika di Jepang ada pemeo yang me- nyebutkan "life begins at sixty." Pada usia 50-60 tahun, berkembang juga istilah uzur atau senilit yang dipakai untuk menunjukkan bahwa fisik seseorang sudah mengalami kemunduran hebat yang disertai penurunan mental. Kemudian kemunduran fisik disebabkan oleh proses penuaan yang terjadi pada sel tubuh. Cepat lambatnya proses kemunduran tersebut sangat tergantung dari motivasi seseorang untuk membentuk pola hidup ke arah pola hidup sehat. Menjadi lansia tidak bisa dihindari, karena merupakan tahapan dalam proses kehidupan manusia. Karena itu, menjadi lansia yang sehat dan produktif perlu diupayakan. Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke tahap lainnya bersifat evolusional, yaitu perkembangan seseorang selalu menuju tahapan yang lebih sempurna baik kematangan emosional maupun kesempurnaan fungsi organ tubuh. Namun tahapan kehidupan lansia justru terjadi kemunduran sesuai dengan hukum alam.
Perubahan ini dikenal dengan istilah menua atau proses penuaan. Seiring dengan meningkatnya usia, proses penuaan pun terus berlangsung. Tubuh akan mengalami perubahan yang menyebabkan involusi dan degradasi jaringan yang disertai penurunan fungsi organ tubuh. Proses penuaan terjadi karena adanya proses pembelahan sel yang merupakan fak tor endogenik dan tidak bisa dihentikan. Usia sel manusia terbatas atau mortal. Setelah membelah sebanyak 50 sampai 100 kali, sel tersebut akan berhenti membelah diri. Kultur sel pun menjadi tua atau mengalami senesensi (senescence) yang menyebabkan seseorang mengalami kemunduran, baik fisik maupun mental. Beberapa teori proses penuaan yang dikembangkan adalah teori radikal bebas yang lebih banyak terkait dalam pengenda- lian proses penuaan. Teori radikal bebas menerangkan pengaruh suatu elektron bebas yang tidak berpasangan, bersifat sangat reaktif, dan tidak stabil terhadap beberapa senyawa seperti lipid, protein, enzim, dan DNA, di mana radikal bebas akan bergabung dengan benda yang ada di sekitarnya yang akan menyebabkan kerusakan sel.
Proses ini dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan biologis dalam proses penuaan. Tidak jarang proses ini juga menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Bila laju penumpukan radikal bebas makin cepat, maka semakin sulit untuk diperbaiki. Akhirnya timbul penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan arthritis, yang merupakan manifestasi proses penuaan. Kondisi seperti ini akan semakin parah jika kandungan antioksidan dalam tubuh sangat sedikit. Karena itu, antioksidan sangat dibutuhkan utuk menumpas radikal bebas dalam tubuh. Sumber antioksidan yang ampuh adalah vitamin E, betakaroten, dan vitamin C, yang semuanya bisa diperoleh dalam buah dan sayuran, maupun berupa sari buah atau jusnya.
Refrensi :
Bangun, Abednego (2014). “Sehat dan Bugar Hingga Lansia”. Indonesia Publishing House.